Jejak Sejarah Laskar Pangeran Diponegoro di Masjid Jami' Kedungrejo

JurnalSkejomega.Com, Kedungrejo, 15 Juli 2025 — Masjid Kedungrejo yang kini tengah menjalani proses renovasi ternyata menyimpan sejarah panjang yang tak banyak diketahui publik. Terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, masjid ini bukan sekadar tempat ibadah umat Islam, tetapi juga menjadi saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah kolonial Belanda.

Dok. Acara peletakan batu pertama renovasi masjid jami' Baitul Mukaromah oleh abah Bupati Warsubi beberapa waktu yang lalu (Red) 

Berdasarkan cerita turun-temurun dari para sesepuh desa, Masjid Kedungrejo memiliki kaitan erat dengan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa yang berlangsung pada tahun 1825 hingga 1830. Masjid ini diyakini menjadi salah satu titik strategis tempat berkumpulnya para pejuang yang tergabung dalam Laskar Bar Jemuah, yakni pasukan gerilya Pangeran Diponegoro yang berjuang melalui taktik perang rakyat semesta.

Setiap hari Jumat, selepas Salat Jumat, para laskar yang berasal dari berbagai wilayah di sekitar Jombang seperti Peterongan, Ponen, hingga daerah-daerah lainnya, berkumpul di Masjid Kedungrejo. Mereka tidak hanya melaksanakan kewajiban ibadah, tetapi juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mempererat komunikasi, menyusun strategi, sekaligus membangun kekuatan moral dan spiritual menghadapi kolonialisme Belanda.

Dok. Kuswartono adalah salah satu narasumber sejarah masjid Kedungrejo (Red) 

Kuswartono, salah satu tokoh masyarakat Kedungrejo, menjelaskan bahwa keberadaan Masjid Kedungrejo memang kental dengan nuansa sejarah perjuangan bangsa. Meskipun secara administratif kini masuk wilayah Kecamatan Megaluh, dalam beberapa catatan sejarah, desa ini sebelumnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Tembelang.

“Cerita ini berasal dari para sesepuh yang menyebut Masjid Kedungrejo sebagai titik kumpul Laskar Bar Jemuah, yakni pasukan gerilya Pangeran Diponegoro. Mereka berkumpul usai Salat Jumat sebagai bentuk konsolidasi antar pejuang. Jadi, selain menjalankan ibadah, mereka juga merajut kembali kekuatan perjuangan,” ujar Kuswartono.

Di sisi lain, sekitar 100 meter dari masjid berdiri Tugu Kedungrejo, yang juga menyimpan cerita sejarah, meski berasal dari era yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Kedungrejo memiliki beberapa titik bersejarah yang berkontribusi dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Dok. Tugu Hajam Wuruk yang terletak di desa Kedungrejo (Red) 

Masjid Kedungrejo sendiri, menurut Kuswartono, dibangun sekitar tahun 1896-1897. Informasi ini diperoleh dari penuturan almarhum Mbah Mukhsin, seorang tokoh sepuh yang mengetahui riwayat pembangunan masjid tersebut. Pembangunan masjid ini dikaitkan dengan sosok Raden Djamilun, meskipun hingga kini identitas dan kiprah beliau masih menjadi misteri.

“Dalam cerita keluarga kami di Kediri, nama Raden Djamilun juga sering disebut identik dengan sosok Kanjeng Jimat di Jombang. Namun, kaitan keduanya masih perlu kajian dan penelusuran lebih lanjut oleh para sejarawan,” imbuh Kuswartono.

Tak hanya itu, menurut penuturan warga, di dalam masjid ini dulunya pernah disimpan bendera milik Belanda sebagai salah satu simbol kejayaan yang berhasil direbut oleh para pejuang. Keberadaan benda bersejarah itu semakin menguatkan dugaan bahwa masjid ini pernah menjadi pusat aktivitas perlawanan terhadap penjajah.

Kini, dengan adanya proses renovasi, warga berharap Masjid Kedungrejo tidak hanya tampil lebih megah dan nyaman sebagai tempat ibadah, tetapi juga dapat terus dilestarikan sebagai situs sejarah lokal. Harapan ini sejalan dengan upaya menjaga warisan budaya dan sejarah perjuangan agar dapat dikenang oleh generasi muda.

“Masjid ini bukan hanya warisan spiritual, tetapi juga warisan sejarah. Sudah sepantasnya keberadaannya kita jaga bersama, bukan hanya sebagai tempat salat, tapi juga sebagai pengingat perjuangan nenek moyang kita dalam merebut kemerdekaan,” pungkas Kuswartono.

Dengan segala kekayaan sejarahnya, Masjid Kedungrejo menjadi simbol kekuatan spiritual sekaligus semangat perjuangan yang patut diwariskan dari generasi ke generasi.(Red/dng) 

Posting Komentar

0 Komentar