Sambut Tahun Baru Jawa 1 Sura dengan Semangat Pendidikan dan Introspeksi.


Dok, Ilustrasi doa bersama saat malam satu sura dihasilkan oleh microsoft bing.(Red) 

Jurnal Skejomega, Kedungrejo - 26 Juni 2025
Tahun Baru Jawa atau 1 Suro bukan sekadar penanda pergantian waktu dalam penanggalan Jawa, tetapi juga momentum spiritual dan budaya yang sarat makna. Di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Jombang, 1 Suro diperingati dengan tradisi-tradisi yang mengandung nilai refleksi, kesederhanaan, dan kesadaran akan perjalanan hidup. Bagi dunia pendidikan, momen ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi bersama: sejauh mana proses belajar mengajar telah mencerminkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.

Sejarah 1 Suro dan Pendidikan

Penanggalan Jawa dimulai pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram Islam pada tahun 1633 Masehi. Sultan Agung bukan hanya pemimpin kerajaan, tetapi juga seorang pemikir dan reformis kebudayaan. Ia menyatukan kalender Hijriah dengan sistem penanggalan Jawa untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan identitas bangsa Jawa yang kuat, meski berada dalam pengaruh kolonialisme Belanda saat itu.

Dalam sejarahnya, kerajaan-kerajaan Nusantara, termasuk Mataram, menjadikan pendidikan sebagai sarana pembentukan karakter. Para bangsawan, santri, dan rakyat kecil diajak belajar melalui pesantren, padepokan, dan pasanggrahan. Nilai-nilai kepemimpinan, kejujuran, ketekunan, serta kesadaran akan tugas hidup diajarkan sejak dini, mirip dengan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah masa kini.

Refleksi Pendidikan di 1 Suro

Momentum 1 Suro bisa dijadikan momen perenungan bagi seluruh warga sekolah, baik guru, siswa, maupun orang tua. Seperti halnya masyarakat Jawa yang melakukan tirakat, kungkum, atau lelaku untuk menenangkan jiwa dan memperbaiki niat hidup, dunia pendidikan pun perlu menyusun ulang niatnya apakah sudah mendidik dengan hati? Apakah pembelajaran telah memberi ruang bagi siswa untuk tumbuh tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga luhur dalam perilaku?

Kepala SDN Kedungrejo, Santi Ulfayatie, S.Pd.SD, menyampaikan,

 “1 Suro adalah saat yang tepat untuk memulai sesuatu yang baru dengan niat yang baik. Bagi kami di sekolah, ini menjadi momen untuk menata kembali niat dalam mendidik anak-anak dengan kasih sayang, kesabaran, dan keteladanan.”

Senada dengan itu, wali kelas VI, Danang Sulistiono, S.Pd., menambahkan,

“Kami ajak anak-anak untuk memahami bahwa pendidikan bukan sekadar pelajaran di buku. Nilai-nilai kehidupan, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan hormat kepada orang tua dan guru, adalah pelajaran utama yang harus ditanamkan sejak dini.”

Menumbuhkan Semangat Baru

Dengan datangnya 1 Suro, SDN Kedungrejo mengajak seluruh warga sekolah untuk memulai tahun baru Jawa ini dengan semangat baru. Mari perkuat budaya literasi, etika, dan kerja sama. Jadikan setiap kelas sebagai ruang tumbuh yang ramah dan penuh makna. Seperti pepatah Jawa, "Ojo lali soko endi asalmu", jangan lupa dari mana kita berasal. Pendidikan adalah warisan peradaban, dan setiap guru serta siswa adalah pelanjut peradaban itu.(Red)

Posting Komentar

0 Komentar